Add to Technorati Favorites Blog Advertising Get Free Shots from Snap.com GrowUrl.com - growing your website Guestbook

Sabtu, 07 Januari 2012

laporan praktikum fekunditas dan diameter telur


I. PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
     Biologi perikanan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan ikan yaitu sejak individu ikan itu menetas (hadir ke alam) kemudian makan, bertumbuh, bermain, bereproduksi dan akhirnya mengalami kematian secara alami atau oleh karena factor lain. Pengetahuan itu akan menguraikan tentang aspek-aspek biologi individu dari spesies ikan. Sehingga biologi perikanan  ini merupakan penetahuan dasar ketika mendalami pengetahuan Dinamika populasi ikan, pengembangan spesies ikan untuk dikelolah menjadi ikan budidaya dan upaya pelestarian spesies ikan yang akan mengalami kepunahan di perairan alaminya (Pulungan 2006).
            Ikan merupakan makanan manusia yang paling utama sejak awal dari abad sejarah manusia. Daging ikan banyak mengandung protein dan lemak, seperti juga daging-daging hewan ternak. Daging ikan mudah dicerna dibandingkan tumbuh-tumbuhan. Kadar protein dalam ikan dapat mencapai 13-20 %, sedangkan 60-80 % berupa air dan selebihnya lemak. Daging ikan banyak mengandung vitamin-vitamin terutama hatinya. Vitamin tersebut didapat dari plankton secara langsung ataupun tidak langsung, yang menjadi makanan ikan. Mengingat bahwa tiga perempat bagian dari permukaan bumi tertutup dengan lautan dan banyak perairan tawar yang dihuni oleh bermacam-macam ikan (Wirra, 2008).
Biologi perikanan adalah suatu ilmu pengetehuan yang mempelajari keadaan ikan yaitu sejak individu ikan tersebut menetas (hadir ke alam) kemudian makan, tumbuh, bermain, bereproduksi, dan akhirnya mengalami kematian secara alami atau oleh karena factor lain. Pengetahuan itu akan menguraikan tentang aspek – aspek biologi individu dari spesies ikan. Sehingga pengetahuan biologi perikanan ini merupakan pengetahuan dasar ketika mendalami pengetahuan dinamika populasi ikan, pengembngan spesies ikan untk dikelola menjadi ikan budidaya dan upaya pelestarian spesies ikan yang akan mengalami kepunahan di perairan alaminya. (Pulungan, 2010)
     Pengetahuan mengenai seksualitas ikan merupakan suatu kegiatan yang menarik untuk dipelajari dan dikembangkan terutama bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang biologi perikanan. Setelah bidang biologi pada khususnya mengenai tentang seksualitas pada berbagai jenis ikan sungguhlah banyak keutungannya terutama dalam bidang budidaya perikanan.
             Pulungan (2006) mengatakan penentuan ciri seksual yang diamati pada setiap individu ikan terdiri dari ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Penampakan ciri seksual sekunder pada individu ikan ada yang bersifat permanen dan ada juga yang bersifat sementara. Untuk membedakan suatu individu ikan baik ikan jantan maupun ikan betina kita dapat memperhatikan ciri- ciri seksual yang dimilikinya yaitu ciri seksual primer atau sekunder. Pengamatan terhadap ciri seksual primer dapat dilakukan dengan cara membelah tubuh ikan dibagian perut dapat dilakukan dengan cara membelah tubuh ikan dibagian perut dan kemudian memperhatikan gonat yang dimilikinya, gonad tersebut adalah tetes atau ovari. Untuk membedakan tetes atau ovari adalah dengan memperhatikan warna gonad, bentuk permukaan  gonad dan diameter gonad, sedangkan cara kedua adalah memperhatikan ciri seksual sekunder yakni penentuan jenis kelamin dilakukan dengan cara memperhatikan bentuk tubuh dan organ pelengkapnya.
Penentuan tingkat kematangan gonad dapat dilakukan secara morfologis dan histologis. Tingkat secara morfologis dilihat dari bentuk, panjang, berat dan warna serta perkembangan gonad melalui fase perkembangan gonad.
Perbedaan jenis kelamin ditentukan oleh faktor dalam dan luar. Faktor dalam berupa jenis kelamin dan hormon sedangkan faktor luar ditentukan oleh suhu, pakan, intensitas cahaya, pH, nitrogen dan metabolitnya, alkalinitas, kesadahan, dan zat buanganyang berbahaya bagi kehidupan ikan. Faktor luar yang sering dilakukan untuk menentukan jenis kelamin ikan dalam budidaya adalah pakan. Kualitas pakan yang diberikan pada induk ikan akan mempengaruhi fekunditas, daya tetas telur dan kelangsungan hidup larva. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap penentuan jenis kelamin adalah suhu. Suhu tinggi membuat masa sensitive ikan lebih cepat terjadi. Ini berarti ikan lebih senag memijah pada suhu tinggi. Suhu juga mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap diferensiasi kelamin.(Smithetal dalam Barmudi,2008).
Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan 94.561 km2  dan 3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan, siak, Kampar dan sungai Indragiri  yang merupakan perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan (Yuniarti, 2000).
Luas perairan umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas perairan umum Indragiri Hilir 2.600 Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164 Ha, luas perairan umum  kuansing singingi 23.086 ha, luas perairan umum Pekanbaru 85 Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum Bengkalis 70 Ha, dan luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (Dinas Perikanan Dan Kelautan Propinsi Riau, 2001).
Djuhanda (1981) mengemukakan bahwa tiga seperempat dari permukaan bumi ini adalah perairan baik itu perairan laut maupun perairan air tawar yang didalamnya dihuni oleh berbagai jenis ikan, tidak heran bila sekarang telah diketahui lebih dari 20.000 macam spesies ikan, dan setiap tahunya diketemukan lebih dari 100 spesies baru simuka bumi ini.
Dalam praktikum kematangan gonad ikan yang perlu diperhatikan adalah tingkat kematangan gonad ikan. Gonad adalah organ reproduksi yang terdapat dalam tubuh individu ikan, pada ikan terletak di samping kiri dan kanan gelembung renang, di bawah vertebrae dan diatas saluran pencernaan. Jumlahnya sepasang dan menggantung pada selaput mesorchia atau mesoravia. Bentuk dan ukuran gonad pada ikan bervariasi yaitu tergantung pada ukuran tubuh dan rongga tubuh individu ikan itu sendiri.

1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum
Adapun tujuan dari pelaksanaan pratikum ini adalah untuk memprediksi berapa banyak jumlah larva/benih yang akan dihasilkan jika individu ikan itu mijah dan memprediksi barapa jumlah stok suatu populasi ikan yang hidup di suatu lingkungan perairan.
Manfaat dari pratikum ini adalah untuk mengenal lebih jauh lagi tentang fekunditas atau jumlah telur yang terdapat  pada suatu jenis ikan dan diameter telurnya dengan metode-metode yang ada seperti metode jumlah, volumetrik, gravimetrik, gabungan dan von bayer.


II. TINJAUAN PUSTAKA


Ikan adalah  hewan bertulang belakang yang berdarah dingin, hidup di air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya menggunakan sirip dan bernafas dengan insang (Raharjo, 1980).
Menurut Nikolsky (Dalam Effendie, 1979) fekunditas adalah semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan, sedangkan fekunditas individu adalah jumlah fekunditas dari generasi tyahun itu yang akan dikeluarkan pada tahun itu juga.
 Effendie (1979), juga menyatakan bahwa fekunditas merupakan salah satu fase yang memegang peranaan penting untuk melangsungkan populasi dengan dinamiknya, dari fekunditas kita dapat menentukan atau dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yanga bersangkutan.
Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan ini pada awalnya berasal dari Thailand hingga Indonesia sebelum akhirnya diintroduksi ke seluruh dunia. Ikan ini juga dikenal dengan nama gurami pencium karena kebiasaannya "mencium" saat mengambil makanan dari permukaan benda padat maupun saat berduel antara sesama pejantan. (Herdia, 2007).
Ikan Tambakan (Helostoma temmincki) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki cita rasa yang lezat dan kandungan protein yang tinggi sehingga banyak disukai oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, ikan ini juga dijadikan ikan hias karena bentuk dn gerakannya yang cukup menarik. Karena mempunyai nilai ekonomis sebagai ikan konsumsi dan ikan hias, sehingga diharapkan nantinya ikan ini bisa menjadi ikan yang menjanjikan keuntungan bagi pembudidayanya (Desrino, 2009).
Ikan Tambakan adalah jenis ikan omnivora, makanan utama ikan ini adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kecil seperti plankton dan alga yang hidup menempel pada akar tumbuhan air dan substrat. Ikan tambakan juga menyukai jenis makanan seperti cacing Tubifex dan cacing tanah yang berukuran kecil (Wiki, 2005).
Djuhanda (1991) dalam Murdani (2008) mengatakan bahwa ikan dari keluarga Scombridae memiliki ciri-ciri seperti : Sirip ekor bercagak dua dan lekuk dari cagak tersebut dimulai dekat pangkal ekor. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya dibelakang sirip ekor dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil.
Ikan dari genus Osteichilus ukuran panjang tubuhnya lebih besar daripada tinggi tubuhnya, badannya ditutupi dengan sisik cicloid atau stenoid, sirip ekor bercagak dua dan bentuknya simetris, mulutnya terletak didepan kepala dan menyerupai gelembung rehang yang terbagi dalam dua bagian, bagian belakang lebih kecil daripada bagian depan. Dari bentuk tubuh dan sisiknya, ikan ini habitatnya adalah sungai, selain itu suka hidup dirawa-rawa dan danau, menyukai perairan yang berarus sedang dan diperairan yang lebar dengan air yang jernih dan banyak ditumbuhi tanaman. Diperairan umum, ikan ini memijah pada musim penghujan.

Djuhanda (1981), menyatakan bahwa ikan Tambakan termasuk kedalam Phylum:  Chordata, Class: Pisces, Sub Phylum: Teleostei, Ordo: Labyrinthici, Subordo:  Anabantodea, Family: Anabantidae, Genus: Helostoma, dan Genus: Helostoma temmincki .
Menurut Saanin (1984), ikan Tambakan memiliki ciri-ciri permulaan sirip punggung di atas dasar sirip dada, sirip punggung lebih panjang daripada sirip dubur. Begigi merujung pada tulang mata bajak, langit-langit dan rahang. Sirip perut berjari-jari keras 1 dan 5 yang lema. Garis rusuk lengkap tapi terputus. Bibir yang tebal bergigi yang dapat digerakkan. Rahang tidak bergigi dan ujung ekor berlekuk.
Menurut Atmaja (1988) bahwa ciri induk betina secara umum yaitu memiliki bentuk tubuh yang lebih gemuk, lubang genital terletak didepan papilla genitalia, yang sudah matang gonad perutnya berbentuk membulat dan lunak, genital papilla mengembang dan berwarna kemerahan, lubang anus melebar, dan menonjol. Pada induk jantan tubuhnya lebih langsing dan lubang genital terletak dibelakang genital papilla, apabila sudah matang gonad perutnya jika ditekan akan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih, tubuhnya tetap ramping dan kadang-kadang pada kepala terjadi perubahan kulit.
Ukuran warna gonad bervariasi tergantung kematangan sel telur tersebut. Beratnya bisa mencapai 12% dari berat tubuhnya. Kebanyakan testes transparan dan putih. Sedangkan ovari kuning. (Raharjo, 1980)
Effendie (1979) menyatakan bahwa ada lima cara untuk menghityung fekunditas yaitu metode jumlah, metode volumetrik, metode gravimetrik, metode gabungan dan von bayer.
Kegunaan fekunditas adalah bagian dari study sistematika mengenai ras dinamika pupulasi, produktifitas, potensi reproduksi dan sebagainya. Sedangakan dalam bidang akuakultur adalah jumlah telur yang dihasilkan berguna daloam persiapan fasilitas kultur ikan (Effendie, 1979).









Gambar 1. Helostoma temmincki










III. BAHAN DAN METODE



3.1. Waktu dan tempat
        Pratikum Biologi perikanan tentang Fekunditas dan Diameter telur ini dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 2006 setiap hari kamis pada pukul 14.00 – 17.00 WIB. Yang bertempat di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah beberapa ovary dari beberapa jenis ikan yang sudah matang gonad (kelamin) yaitu ikan Tambakan (Helostoma temmincki) sebagai objek yang diamati selama pratikum.
     Sedangkan alat yang digunakan dalam pratikum adalah baki atau nampan yang digunakan untuk meletakkan gonad ikan yang akan diamati, kain lap digunakan untuk mengelap, laporan sementara untuk mencatat hasil praktikum sementara, buku pratikum untuk penuntun selama praktikum, jarum alat untuk menyucuk gonad, gunting dan pisau untuk memotong gonad ikan, neraca alat untuk menimbang berat gonad, pena dan pensil digunakan untuk menulis, penggaris untuk mengukur dan penghapus untuk menghapus..

3.3. Metode Penelitian
            Metode yang digunakan dalam pratikum Biologi perikanan dengan judul fekunditas   dan   diameter   telur  adalah  Metode  gabungan  yaitu  gabungan dari
Metode jumlah, metode volumetric, metode graviemetrik dan metode von bayer.
3.4. Prosedur Pratikum       
            Dalam praktikum fekunditas dan diameter telur ini prosedur  yang digunakan adalah dengan menghitung telur per bagian mulai darti anterior, tengah dan posterior, yang mana telur tersebut sudah diawetkan dengan formalin. Tentukan tahap kematangan ovary menurut Cassei, Nikolski dan Kasteven. Kemudian hitung nilai fekunditas setiap ovary dengan metode volumetric dan gravimetrik dan ukur diameter beberapa telur yang didapatkan kemudian timbang berat gonad ikan tersebut dan tentukan nilai fekunditasnya. Setelah itu semua data dan informasi yang didapat di masukkan ke dalam laporan sementara.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Ikan tambakan (Helostoma temincki)





Gambar 1. Ikan tambakan (Helostoma temincki)

4. 1. 2.  Klasifikasi dan Morfologi Ikan tambakan (Helostoma temincki)
            Ikan Selinca adalah ikan yang memiliki klasifikasi sebagai berikut: Ordo:Labyrintici,Famili: Anabantidae,Genus: Polycanthius,Spesies     : Polycanthius hasselti . Ovari yang dijadikan sample pada praktikum ini yaitu ovari ikan selinca yang berjumlah sepasang.











Gambar 2. ovary Ikan tambakan (Helostoma temincki)
4.1.2. Fekunditas dan Diameter Telur Ikan tambakan (Helostoma temincki)
Tabel 1. Sebaran Diameter telur
Diameter (mm)
Frekuensi (butir)
Kiri
Kanan
Anterior
Tengah
Posterior
Anterior
Tengah
Posterior
0,8

12



12
0,9


11

11

1
10


10


1,1







            Dari hasil pengamatan penghitungan jumlah telur dengan menggunakan metoda volumetrik didapat : x  = 764 butir
                                               V = 2 ml
                                               v = 1 ml
Maka didapat----- X = (V / v) x = (2 / 1) 764 = 1528 butir.

4.2. Pembahasan
         Batasan fekunditas secara umum adalah jumlah telur yang terdapat didalam ovari ikan yang sudah matang gonad dan akan dikeluarkan pada waktu mijah.
         Nikolsky (1963) mengatakan bahwa fekunditas adalah semua telur – telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan. Pada praktikum yang praktikan lakukan ukuran diameter telur pada tiap bagian berbeda, begitu juga dengan jumlah telur yang mana pada bagian anterior terdapat 215 butir, bagian tengah 175 butir dan pada bagian posterior 235 butir. Hal ini disebabkan tingkat kematangan gonad pada ikan setiap bagian tidak sama, semakin matang gonad ikan maka diameter telurnya semakin besar karna adanya pembentukan kuning telur begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat kematangan gonad ikan maka diameter telur semakin kecil. Selain hal – hal tersesbut ada faktor lain yang bisa mempengaruni jumlah telur pada ovari ikan yaitu umur / ukuran individu ikan, jenis dan jumlah makanan yang dimakan, lingkungan tempat ikan itu hidup dan faktor fisiologi tubuh.
Fekunditas sering dihubungkan dengan panjang dari pada dengan berat, karena panjang penyusutannya relatif kecil sekali  tidak seperti berat yang dapat berkutang dengan mudah. Hal ini terjadi pada pengambilan sampel secara berulang-ulang harus berhati-hati, karena apabila ikan yang diambil pada waktu gonad sedang tumbuh hal ini tidak merupakan pertumbuhan somatik. Jadi disini harus ada perbedaan antara pertumbuhan somatik dengan pertumbuhan gonad. Ikan-ikan yang tua dan berukuran besar mempunyai fekunditas relatif kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih besar bila dibandingkan dari pada fekunditas individu.
Menurut Nikolsky (1969), untuk spesies tertentu, pada umur yang berbeda-beda memperlihatkan fekunditas yang bervariasi sehubungan dengan persediaan makanan tahunan. Pengaruh ini terjadi juga untuk individu yang berukuran sama dan dapat pula untuk populasi secara keseluruhan. Sebagian dari pengaruh tadi mempengaruhi telur dan persediaan telur. Dengan demikian sekarang jelas bahwa fekundiatas pada ikan berukuran tertentu atau kelompok tertentu variasinya besar.
Apabila suatu populasi dalam beberapa tahun jumlahnya menjadi sangat berkurang akibat penangkapan (mortalitas) hal ini berarti  akan memperbaiki persediaan makanan untuk populasi sisa. Ternyata dari populasi sisa tadi fekunditasnya semakin menjadi bertambah, sedangkan ketika populasi tadi masih lengkap atau jumlahnya besar, fekunditasnya kecil.
Ikan sungai yang baru menjadi penguhuni resevoar yang baru dibuat, yang persediaan makanan pada tahun-tahun pertama biasanya banyak, menyababkan ikan itu cepat masak gonad pada umur muda dan terdapat pertambahan fekunditas baik fekunditas relatif maupun mutlak. Tetapi hal ini kemudian di ikuti oleh jumlah yang berpijah menjadi berkurang sehingga jumlah seluruh telur yang dikeluarkan  oleh individu ikan menjadi berkurang pula. Selain dari itu ikan-ikan yang hidup disungai fekunditasnya mempunyai hubungan dengan tinggi air. Apabila sampai pada tahun-tahun tertentu permukaan air selalu tinggi, fekunditasnya tinggi pula, jika dibadingkan dengan tahun yang permukaan airnya rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas serta hal-hal lain yang berhubungan dengan itu, Nikolsky (1969) membuat akidah utama sebagai berikut: komposisi umur, persediaan makanan, kepadatan populasi, suhu perairan, oksigen terlarut dan faktor fisiologi tubuh.
Untuk  mengetahui penyebaran diameter telur pada gonad dilakukan  pengukuran diameter telur dengan cara mengambil butiran pada bagian anterior, tengah dan posterior ovary kiri dan kanan masing-masing sebanyak 5 butir (Uktol Seja Dan Purwasasmita, 1987).
Pengukuran dilakukan dibawah mikroskop yang dilengkapi dengan lensa mikrometer okuler yang sudah mempunyai skala. Telur yang diamati diametrenya berasal dari 3 buah obary untuk diuji homogenitas dengan uji chi kuadarat, setelah diketahui sebaran diameter telurnya selanjutnya dilakukan perhitungan nilai fekunditas.
Perhitungan nilai fekundiatas dilakukan untuk mengetahui jumlah telur yang dapat dihasilkan pada waktu pemijahan dan memodifikasi metode gravimetrik dan volumetrik (Hakima, 1984).    
Jika dilihat dari tabel yang ada di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pengambilan 30 buah telur yang terdapat pada enam bagian ovary yang diambil secara acak yakni, pada posterior, anterior dan bagian tengah dari kiri dan kanan ovary di dapat: Diameter telur pada ovary anterior kiri ukurannya lebih kecil dari semua bagian. Ukuran rata-rata pada semua telur adalah 0,66 mm. Ukuran telur yang mempunyai nilai keseragaman yang dominan terdapat pada telur berdiameter 0,875 mm yang diikuti oleh ukuran 0,5 mm dan 0,75 mm. 


V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
     Dari hasil pratikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dalam dalam perhitungan fekunditas dan diameter telur dilakukan beberapa metode yaitu metode jumlah, metode volumetrik, metode gravimetrik, metode gabungan dan metode von bayer.
Adapun cara mendapatkan telur telur dari ovary individu ikan untuk dihitung fekunditasnya adalah telur diambil dari induk ikan betina yang sudah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu mijah, kalau ikan tersebut masih hidup gunakan cara striping atau pengurutan. Dan induk ikan tersebut dimatikan dan ovary diawetkan dengan formalin.
Untuk pengawetan dilakukan melalui dua cara yakni dengan menggunakan bahan pengawet yang terdiri atas larutan formalin dan larutan gilson dan melalui proses pendinginan.

5.2. Saran
Agar pratikum Biologi perikanan ini dapat berjalan dengan lancar dan baik dimasa yang akan datang diharapkan alat yang digunakan terutama mikroskop dengan menggunakan lensa mikrometer okuler demi keefektifan dari pelaksanan praktikum mengenai fekunditas ini.


DAFTAR  PUSTAKA


Admaja 1988. Some aspect of the reproductive Biology of Acanthopagous spp      ( Family Sparidae) J. Fish Brol (25) 515-526.

Desrino.2009 Petunjuk Teknis Pengoperasian Suatu Usaha Pembenihan Ikan Sei Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan. No. PHP/KAN/03/1988. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 127 hal.

Dinas Perikanan Dan Kelautan Propinsi Riau, 2001. Potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidak diterbitkan).

Djuhanda, T. 1981.Dunia ikan. Bagian I. Kehidupan ikan dalam ekosistem perairan di Indonesia. 20 hal.

Effendie,  M. I., 1979. Metode biologi perikanan. Yayasan Dwi Sri, Bogor. 122 hal.

Herdia, T., 2007. Dunia ikan. Armico, Bandung.
Hakima 1884. Penuntun Praktis Budidaya Perikanan. P. D. Mahkota. Jakarta. 14 halaman.

Pulungan, C. P. 2006. Penuntun Praktikum Biology Perikanan. Universitas Riau, Pekanbaru. 

Pulungan, C. P. 2010. Penuntun praktikum biologi perikanan. Pusat universitas riau. Pekanbaru 75 hal. (tidak diterbitkan).

Raharjo. 1980. Sistem morfologi dan anatomi ikan. Bandung. 21 hal.

Saanin, H. 1984.Taksonomi dan kunci identifikasi penerbit bina CiptaBandung. 508 hal.

Smithetal Barmudi, 2008.Usaha Perikanan di   Indonesia’. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal.

Uktol Seja., J. C. B dan Purwasasmita, 1987. Fekunditas dan diameter telur ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis L) di perairan sekitar Ambon. Jurnal penelitian perikanan laut 44: 47-76.

Yuniarti. 2000. inventarisasi dan identifikasi ikan Channidae yang terdapat di Sungai Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek lapang. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru. 32 hal (tidak diterbitkan)
Wiki.2005. Ichthyology Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor, Bogor. 183 hal (tidak diterbitkan).




Sabtu, 31 Desember 2011

Bentuk-bentuk tubuh ikan

1. Torpedo (fusiform),
Bentuk tubuh ini biasanya dimiliki oleh ikan yang berenang dengan cepat biasanya untuk ikan yang sering melakukan migrasi.
Contoh : ikan tongkol (Euthynus affinis ), ikan tuna , ikan bandeng
                                   
2. Gepeng (depressed),
Biasanya dimiliki oleh ikan yang suka hidup didasar perairan dan mengendap – endap untuk menangkap mangsanya.
Contoh :  ikan pari (Dasyatis bleekeri ) , ikan sebelah, ikan lidah

3. Pipih (compressed),
Bentuk ini biasanya dimiliki oelh ikan yang bergerak dengan kecepatan sedang dan biasanya hidup di dasar perairan / ikan demersal.
Contoh : ikan  nila , ikan sepat, Ikan Gurami , Ikan Mas

4. Pita (filliform),
Bentuk ini dimiliki oleh ikan yang bertubuh panjang dan tubuhnya seperti lembaran pita. Ikan ini cenderung bergerak lambat dengan cara berenang seperti ular yang membentuk huruf S.
 Contoh : ikan layur (Trichiurus sp.)

5. Bulat (globular),
Bentuk ini dimiliki oleh ikan yang biasanya bertubuh pendek dan gemuk sehingga cenderung bergerak lambat.
Contoh : ikan buntal (Tetraodon sp)
                                                           
6. Seperti Ular
Contoh : Belut  ,Ikan lamprey            ,Ikan sidat

7. Kepala picak tubuh pipih
Contoh : Ikan Lele Dumbo, ikan sembilang, baung              

                                   

Ikan Kakap Merah (Lutjanus calcater)


Ikan Kakap Merah (Lutjanus calcater) mempunyai bentuk tubuh yang pipih, bagian punggung tebal, bentuknya hampir menyerupai belah ketupat. Sisiknya ctenoid yang bentuknya besar–besar, sisik pada kepala dan pangkal sirip punggung lebih kecil–kecil. Tubuh insang bergerigi, mulut pada ujung kepala letaknya nyerong. Sudut mulut mempunyai sembiran kulit, berada tepat di bawah mata. Gigi pada rahang atas dan bawah kecil dan runcing–runcing. Ujung belakang dari sirip–sirip punggung dan dubur bentuknya bulat, sirip ekor bulat dan memiliki 5 jari–jari lunak ( Saanin, 1968 ). Ikan kakap merah ini habitatnya di perairan air laut. Ikan kakap merah ini juga warna merahnya juga kurang mengkilat dari pada ikan merah yang biasa, dan ikan yang lebih besar kelihatan berwarna ros.
Ikan Layur (Trichiurus savala)
          Klasifikasi ikan Layur adalah sebagai beikut: Kingdom Animalia, Phylum Chordata, Kelas Osteicthyes, Ordo Perchomorphi, famili Trichiuridae, Genus Thrichiurus, Spesies Thrichiurus savala.
         Ciri-ciri ikan tersebut adalah: tergolong gnasthostomata, masuk dalam kelas osteichthyes, tubuh bilateral simetris, bentuk tubuh pita/taeniform, kepala berbentuk lancip, mulut sub terminal, mempunyai sirip punggung/Dorsalis, dada/Pectoral, dan habitatnya di air laut.